Sleepwalker Picu Kekerasan pada Pasangan

Sebagian orang dewasa yang sering mengalami ‘berjalan dalam tidur’ (sleepwalker), terkadang bisa melukai pasangan tidurnya atau juga melakukan tindakan di luar kontrol. Tak hanya itu, sleepwalker juga sering mengalami sejumlah masalah kesehatan selama jam bangun mereka, para peneliti mencatat.

“Mengantuk di siang hari merupakan masalah yang sering pada orang dewasa yang terkena dengan sleepwalker," kata penulis studi Dr Yves Dauvilliers, direktur laboratorium tidur di rumah sakit Gui-de-Chauliac, Montpelier, Prancis seperti dilansir dari everydayhealth.
 

Ia menambahkan, hal itu menjadi salah satu masalah yang lebih jelas. Mereka juga mungkin mengalami depresi, kecemasan dan kualitas hidup yang rendah. Cidera, baik pada sleepwalker dan pasangan tidurnya, terjadi 17 persen.

“Beberapa pasien telah melompat keluar dari jendela. Beberapa telah berjalan di atap rumah, dan ada juga yang jatuh menuruni tangga, dengan kaki patah,” katanya. 

Untuk penelitian, Dauvilliers mengevaluasi 100 sleepwalker pada orang dewasa yang datang ke klinik gangguan tidur. Usia rata-rata adalah 30 tahun. Mereka semua dievaluasi pada video selama satu malam di laboratorium tidur. Para pasien menjawab pertanyaan tentang masalah dengan tidur, kelelahan, depresi kecemasan dan kualitas hidup secara keseluruhan.

Para pasien juga membeberkan rincian tentang pemicu sleepwalkers, seperti stres, emosi yang kuat, minum alkohol atau melakukan aktivitas fisik yang intens di malam hari. Para peneliti juga mewawancarai 100 orang sehat yang tidak terkena sleepwalker dan membandingkan hasilnya.

Pada sleepwalker, hampir 23 persen melakukannya setiap malam dan 43,5 persen melakukannya setiap minggu. Rata-rata mereka sudah mengalaminya sejak  9 tahun. Lebih dari separuh melaporkan adanya  riwayat keluarga yang sleepwalker.

Dibandingkan dengan mereka yang bukan sleepwalker, orang yang ‘berjalan dalam tidur’ lebih mungkin mengalami rasa mengantuk di siang hari, kelelahan, insomnia, gejala kecemasan dan depresi, dan merasa kualitas hidup mereka lebih rendah. 

Pada 17 persen seleepwalker yang melakukan kekerasan saat tidur, perawatan medis yang dibutuhkan untuk setidaknya satu episode perilaku tersebut. Para peneliti mendefinisikan perilaku kekerasan sebagai  “perilaku agresif secara fisik atau berpotensi berbahaya bagi pasien dan rekan tidurnya.” Mereka mencatat bahwa pada enam pasien sleepwalker, pasangan tidurnya membutuhkan perawatan medis setelah diserang.

Temuan ini tidak mengejutkan Dr Maurice Ohayon, seorang profesor psikiatri dan ilmu perilaku di Stanford University, yang telah menerbitkan penelitian sendiri pada sleepwalker. Dalam penelitiannya, ia telah menemukan bahwa sekitar 4 persen dari populasi orang dewasa mengalami sleepwalker .

Para sleepwalker yang dipelajari oleh Dauvilliers, katanya, merupakan kasus yang lebih parah daripada yang ditemukan dalam pandangannya di populasi umum. Para pasien studi telah dirujuk ke klinik tidur. Meski begitu, ia mengatakan menemukan beberapa masalah yang sama dengan sleepwalker yang ia pelajari. Mereka sering memiliki sejarah masalah keluarga, dan mereka melaporkan depresi dan kebutuhan untuk obat tidur karena insomnia.

Lantas, bagaimana cara mengurangi tidur sambil berjalan? Orang harus menghindari pemicu, jelas Dauvilliers. Kasus yang parah mungkin memerlukan obat seperti benzodiazepin, yang merupakan obat penenang. Sementara Ohayon mengatakan untuk menghilangkan sleepwalker, harus mengurangi stres, menjaga jadwal tidur-bangun yang teratur dan cukup tidur.

Meningkatkan keamanan lingkungan juga dapat membantu mengurangi cidera, Ohayon menyarankan. “Memasang bel di pintu adalah ide yang baik, tetapi harus cukup keras untuk membangunkan sleepwalker.”

Dia juga menyarankan sleepwalker sebaiknya tidur di lantai dasar jika mungkin, dan memasang kunci ekstra pada pintu dan jendela, dan  memasang  alarm detektor gerak. Wuih, repot juga yak..!